Rabu, 27 April 2011

Ternyata Susu Sapi Bukan Untuk Manusia

 Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu -kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?

"Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya," ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.


Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.

Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang "jelek": benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.

Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabk an. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam "lumbung enzim-induk" . Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari "lumbung"-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.

Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan "pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan "pengobatan" alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah. Nah..... gan pei!

Sumber: Jawa Pos, 15 Mei 2009
bisa juga dibaca di http://sumansutra.wordpress.com/susu-sapi-bukan-untuk-manusia/
artikel tentang manfaat tidak baik susu lainnya bisa dibaca di:
http://sumansutra.wordpress.com/anggapan-keliru-susu-baik-untuk-osteoporosis/

Catatan:
Dlm buku miracle of enzym tsb dijelaskan bahwa minum susu sama sekali tidak bermanfaat baik utk tubuh. Bayangkan, susu sapi segar yg mengandung antioksidan laktoferin (utk kekebalan tubuh) hanya 0,01 % tidak ada artinya dibandingkan ASI yang bisa mengandung 0,15 % .

Susu kaleng yg dijual di toko2 sudah mengalami proses homogenisasi dan pasteurisasi (dgn panas hingga 115 C) yang menjadikannya lemak teroksidasi dan merusak enzim. Susu sapi segar bukan untuk anak manusia. Sebenarnya para mamalia juga hanya minum susu sewaktu lahir, tidak ada mamalia dewasa yg masih minum susu. Demikian juga bayi yg baru lahir, sudah memiliki cukup banyak enzim.

Komponen protein utama yg ditemukan dlm susu sapi adalah kasein. Protein ini sangat sulit dicerna oleh manusia. Susu sapi yang mengandung laktosa (zat gula yg hanya tdp dlm susu mamalia) membutuhkan enzim laktase utk menguraikannya. Bayi kebanyakan memiliki enzim ini, namun setelah dewasa akan berkurang, dan itulah alasannya orang dewasa tidak perlu meminum susu.

Pengganti susu bayi? Bukankah sekarang sudah terdapat banyak susu bubuk dari kedelai, beras merah, kacang hijau, dan berbagai juice buah2an yg manis juga bisa dipakai sebagai pengganti susu.
Selain itu bayi bisa diberi susu soya formula yg banyak terdapat di supermarket. Jika bayi sudah berumur 6 bulan harus dikasih makanan pengganti ASI seperti buah-buahan dan sayur-sayuran segar (organik is the best), tahu dan tempe yang dihaluskan juga baik untuk pertumbuhan bayi.

Jumat, 22 April 2011

Jenius Sejak Kecil



Aku pernah membaca salah satu situs yang ceritanya berisi seperti ini :
LEONARDO di ser Piero da Vinci atau yang lebih dikenal sebagai Leonardo da Vinci, seringkali dijuluki sebagai arketipe ”manusia renaisans” dan jenius universal.

Dunia juga mengenal jenius lain, seperti John Stuart Mills (filosof) atau Albert Einstein (ilmuwan). Mereka dianggap jenius karena telah memberikan banyak pengaruh terhadap bidangnya masing-masing. Tetapi, kejeniusan seseorang akan menjadi luar biasa ketika hal itu ditunjukkan sejak kecil. Hal inilah yang dicapai sejumlah ”anak ajaib” di dunia. Sebut saja William James Sidis, manusia yang memiliki intelligence quotient (IQ) atau tingkat intelektualitas mencapai kisaran 250–300. Sidis disebut sebagai anak ajaib karena di usia 8 bulan sudah mampu makan sendiri dengan menggunakan sendok. Bahkan, di usia 2 tahun dia menjadikan Koran ternama di Amerika Serikat, New York Times sebagai teman sarapan pagi.

Hebatnya lagi, di usia 8 tahun Sidis sudah menulis beberapa buku di antaranya tentang anatomi dan astronomi. Kejeniusan Sidis semakin bertambah ketika pada usia 11 tahun diterima di Universitas Harvard sebagai mahasiswa termuda. Bahkan, salah satu universitas ternama itu takjub ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para profesor matematika. Kejeniusan Sidis tak lepas dari peran ayahnya, Boris Sidis, seorang psikolog andal berdarah Yahudi yang lulusan Universitas Harvard. Boris menjadikan anaknya sebagai ”prototype” untuk model pendidikan baru. Pola ini untuk menyerang sistem pendidikan konvensional yang dianggap menjadi biang keladi kejahatan dan kriminalitas. Rupanya, hal ini membuat Sidis tersiksa. Dia meninggal pada usia 46 tahun, sebuah saat di mana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktif.

Parahnya lagi, Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Tetapi, kisah tragis kejeniusan Sidis tidak dialami tokoh lain seperti Pablo Picasso. Picasso yang lahir 25 Oktober 1881, selain dikenal sebagai salah satu anak ajaib, juga merupakan salah seorang dengan nama terpanjang di dunia, yaitu Pablo Diego José Francisco de Paula Juan Nepomuceno María de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Martyr Patricio Clito Ruíz y Picasso. Disebut ajaib karena minatnya terhadap proses pembuatan lukisan sudah terlihat ketika dia masih belum dapat berbicara. Kata pertama yang dapat diucapkan ketika masih bayi adalah ”piz” yang merupakan kependekan dari kata ”lapiz”yang dalam bahasa Spanyol berarti pensil. Pada usia 7 tahun, Picasso mendapat pendidikan formal bidang artistik dan seni lukis dari ayahnya. Sejak itu karya-karya masterpiece Picasso dimulai.

Nama Howard Philips Lovecraft juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu anak ajaib di dunia. Dia adalah salah seorang penulis horor yang paling berpengaruh di abad 20. Lovecraft belajar membaca pada usia 2 tahun dan mulai menulis puisi yang rumit pada usia 6 tahun. Hal yang menumbuhkan minat Lovecraft terhadap sastra adalah kakeknya yang memberikan karya klasik, seperti The Arabian Night dan The Iliad and The Odissey untuk dibaca. Kakeknya pula yang menyetir minat Lovecraft pada cerita gothic horror dengan menceritakan cerita-cerita seram karangannya sendiri.

Tokoh lain yang juga menunjukkan kejeniusan sejak kecil adalah Wolfgang Amadeus Mozart. Komponis dan pianis brilian ini merupakan salah satu anak ajaib paling ternama dalam sejarah.

Dia mulai belajar memainkan piano pada usia 4 tahun, meng-compose lagu pertamanya pada usia 5 tahun. Pada usia 8 tahun, Mozart mengarang simfoninya yang pertama. Namun, Mozart tidak berumur panjang. Dia meninggal dunia pada usia 35 tahun. Sepanjang hidupnya, Mozart telah mengarang sekira 600 komposisi untuk simfoni,opera, piano, orkestra, dan lain-lain. Di samping tokoh-tokoh di atas, rasanya tidak adil jika menelisik anak ajaib tanpa menyebutkan Kim Ung-Yong. Pria kelahiran 7 Maret 1963 ini dikenal sebagai orang superjenius. Dalam catatan resmi Guinness Book of Record, Ung- Yong disebut sebagai manusia dengan IQ tertinggi saat ini, yaitu 210. Dia mulai berbicara pada usia 6 bulan dan mulai bisa percakapan pada usia 1 tahun.

Pada usia 3 tahun, Ung-Yong bisa membaca dan menulis dalam empat bahasa (Jepang, Korea, Jerman, dan Inggris). Ung-Yong menjadi mahasiswa jurusan fisika di Universitas Hanyang sejak usia 4 tahun hingga berusia 7 tahun. Pada usia 6 tahun, dia menunjukkan kemampuan menyelesaikan soal kalkulus integral dan differential yang sangat kompleks pada suatu acara TV di Jepang.

Di era globalisasi, sejumlah anak ajaib juga muncul. Sebut saja Gregory Smith, bocah kelahiran 9 Juni 1989 ini sekarang menjabat sebagai Presiden International Youth Advocates, lembaga internasional yang peduli terhadap anak-anak. Smith dapat membaca pada usia 2 tahun dan mulai kuliah pada usia 10 tahun setelah lulus dari Orange Park High School.

Pada 2003 lulus cum laude dengan gelar Sarjana Sains bidang matematika, juga pada studi minor untuk bidang sejarah dan biologi dengan honor dari Randolph-Macon College dengan meraih anugerah ”Force For Good Lifetime Achevement Award.” Di usia 14 meraih beasiswa USD50.000 tiap tahun dari Jack Kent Cooke. Nama bocah ajaib asal India Akrit Jaswal (lahir pada 23 April 1993) juga masuk dalam daftar. Saat ini, Akrit tercatat sebagai mahasiswa dan dokter India termuda dalam sejarah. Dia melakukan operasi bedah pertamanya pada usia 7 tahun. Kejeniusan Akrit sudah terlihat sejak masih balita. Dapat berbicara pada usia 10 bulan, dan di usia 5 tahun sudah membaca seluruh buku karangan William Shakespeare. Pada usia 11 tahun diterima sebagai mahasiswa di Punjab University.

Membicarakan anak ajaib rasanya tidak lengkap tanpa menyebut Cleopatra Stratan (lahir 6 Oktober 2002). Bocah asal Chisinau, Moldova ini adalah pencatat sejarah di industri musik sebagai seorang penyanyi dengan bayaran 1.000 euro per lagu lewat albumnya pada 2006 La vârsta de trei ani. Gadis cilik lain yang juga ajaib adalah Elaina Smith (7), yang dikenal sebagai penyiar terkenal di Inggris. Murid SD ini menjadi penyiar radio termuda.